Pada Minggu (1/10/23), sebuah serangan bom bunuh diri yang mengguncang Ankara, ibu kota Turki, telah mengejutkan dunia. Milisi Kurdi dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) mengklaim sebagai dalang di balik serangan mematikan ini. Tentunya kejadian ini memiliki dampak yang meresahkan bagi stabilitas dan keamanan negara.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh situs ANF News, Milisi Kurdi yang dikenal dekat dengan PKK, menyebutkan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh kelompok yang dikenal sebagai Batalyon Abadi. PKK menggambarkan peristiwa ini sebagai ‘serangan bunuh diri’ yang direncanakan secara hati-hati dan strategis, dengan tujuan yang jelas, yaitu dilakukan bertepatan dengan pembukaan parlemen.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kronologi Bom Bunuh Diri
Pada hari Minggu 1 Oktober 2023, Menteri Dalam Negeri Turki, Ali Yerlikaya, memberikan informasi tentang serangan bom bunuh diri tersebut. Dia mengungkapkan bahwa dua orang teroris tiba di lokasi sekitar pukul 09.30 waktu setempat. Kedua pelaku serangan ini tiba di lokasi kejadian menggunakan kendaraan komersial ringan, yang mereka rampas dari seorang dokter hewan di Provinsi Kayseri. Media Sabah melaporkan bahwa pelaku-pelaku tersebut bahkan menembak mati pengemudi kendaraan tersebut dan membuang tubuhnya ke selokan di pinggir jalan. Setelah itu, kedua pelaku mengemudikan kendaraan tersebut menuju Ankara, menempuh perjalanan sejauh sekitar 300 kilometer. Serangan ini merupakan yang pertama kali terjadi di ibu kota Turki sejak tahun 2016 dan menciptakan ketegangan besar di negara tersebut.
Salah satu dari kedua pelaku meledakkan bom bunuh diri, sementara yang lainnya ditembak mati di kepala sebelum ia sempat meledakkan dirinya sendiri. Kedua petugas polisi yang terluka juga sedang menjalani perawatan di rumah sakit dan dalam kondisi yang stabil, meskipun mengalami luka-luka serius.
Serangan yang mengejutkan ini terjadi hanya beberapa jam sebelum anggota parlemen di Turki akan kembali bekerja setelah menjalani liburan musim panas selama tiga bulan. Dalam pidato yang ditujukan untuk menandai pembukaan kembali parlemen, Presiden Recep Tayyip Erdogan dengan keras mengutuk serangan ini dan menyebutnya sebagai “langkah terakhir dari terorisme.”
PKK, yang merupakan sebuah kelompok militan sayap kiri Kurdi, telah lama masuk dalam daftar organisasi teroris oleh pemerintahan Turki, Uni Eropa, dan Amerika Serikat. Mereka dikenal sebagai kelompok yang terlibat dalam sejumlah serangan dan kegiatan subversif di Turki, dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan atau otonomi bagi etnis Kurdi. Suku Kurdi sendiri memiliki jumlah populasi yang signifikan, mencapai sekitar 35 juta jiwa, dan sebagian besar dari mereka tinggal di wilayah-wilayah Turki, Suriah, Irak, dan Iran.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintahan Turki, di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan, telah intensif dalam menargetkan militan Kurdi di Irak dan Suriah. Pada bulan April tahun sebelumnya, Turki bahkan melakukan penangkapan terhadap 110 orang dalam sebuah operasi besar yang bertujuan untuk menangkap individu yang diduga memiliki hubungan dekat dengan PKK.
Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya memberikan penghargaan kepada petugas polisi yang heroik dalam penanganan situasi yang sangat berbahaya ini. Ia menjelaskan bahwa para petugas tersebut dengan cepat bereaksi dan melawan para teroris segera setelah mereka keluar dari kendaraan.
Yerlikaya menegaskan bahwa perjuangan mereka melawan terorisme dan mereka yang terlibat dalam kolaborasi dengan penyerang, pengedar narkoba, geng kriminal, dan organisasi kejahatan terorganisir akan terus berlanjut dengan tekad yang lebih kuat lagi.
Menteri Kehakiman Yilmaz Tunc juga memberikan informasi bahwa penyelidikan atas “serangan teror” tersebut saat ini tengah berlangsung dengan serius. Selain itu, polisi telah menutup akses ke pusat kota Ankara dan terus meningkatkan operasi keamanan untuk memastikan situasi yang lebih aman bagi warga negara.
Setelah insiden serangan di Ankara, Presiden Erdogan menegaskan kembali tujuannya untuk menciptakan zona aman sepanjang 30 kilometer di perbatasan Turki dengan Suriah. Tujuannya adalah untuk mengamankan perbatasan wilayah selatan Turki dari potensi serangan serupa di masa depan.
Namun, Turki tidak hanya mengutuk serangan ini secara lisan. Mereka juga merespons dengan tindakan militer. Pada hari yang sama dengan serangan bom bunuh diri, Pemerintah Turki telah mengirim sejumlah pesawat tempur untuk menyerang lokasi yang dicurigai sebagai markas militan Kurdi di bagian utara Irak. Kementerian Pertahanan Turki mengklaim bahwa mereka telah menghancurkan 20 target yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), termasuk gua-gua, tempat penampungan, dan gudang-gudang.
Serangan balasan Turki ini menunjukkan tekad keras pemerintahan Erdogan dalam menghadapi kelompok militan Kurdi. Mereka tidak hanya bersedia untuk mengambil tindakan tegas di dalam negeri, tetapi juga mengambil inisiatif untuk menyerang markas militan di luar negeri, menunjukkan bahwa Turki menganggap ancaman dari kelompok ini sangat serius.
Tentu saja, kejadian ini menciptakan gelombang kekhawatiran dan memunculkan pertanyaan tentang masa depan keamanan di Turki. Dengan serangan bom bunuh diri ini, PKK telah menunjukkan bahwa mereka masih memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan yang mematikan, bahkan setelah beberapa tahun tanpa insiden serupa di ibu kota. Hal ini menegaskan bahwa ancaman dari kelompok ini tetap ada, dan pemerintah Turki harus tetap waspada dan siap untuk mengambil tindakan tegas untuk melindungi keamanan dan stabilitas negara.