Selama hampir satu bulan terakhir, wilayah Jalur Gaza telah menjadi saksi dari serangkaian pengeboman yang dilancarkan oleh pihak Israel. Pada hari Senin, pejabat kesehatan di Gaza memberitahukan bahwa jumlah korban jiwa akibat serangan tersebut telah mencapai angka yang mengenaskan, dengan setidaknya 10.022 warga Palestina yang tewas, termasuk di antaranya 4.104 anak-anak yang menjadi korban dari keganasan pengeboman Israel di perang Gaza.
Kementerian Kesehatan di Gaza turut melaporkan bahwa puluhan orang lainnya telah kehilangan nyawa akibat serangan udara yang dilancarkan oleh pasukan Israel di kota Gaza, serta di wilayah sekitarnya seperti Zawaida dan Deir Al-Balah, pada malam Ahad tanggal 5 November 2023 yang lalu.
Serangan Udara Pada 5 November Sebabkan Puluhan Orang Meninggal
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh televisi Al-Aqsa, yang mengutip informasi dari berbagai sumber medis yang memiliki akses langsung ke zona konflik, diperkirakan bahwa setidaknya terdapat 75 warga Palestina yang tewas akibat serangan tersebut, dan sebanyak 106 orang lainnya mengalami luka-luka yang serius. Selain itu, pejabat kesehatan Palestina juga mengonfirmasi bahwa delapan orang telah kehilangan nyawa mereka akibat serangan udara yang terjadi pada minggu malam, 5 November 2023 di wilayah sekitar rumah sakit kanker Rantissi yang terletak di Kota Gaza, yang sebelumnya telah menjadi sasaran pengeboman yang merusakkan fasilitas kesehatan yang sangat diperlukan oleh masyarakat Gaza.
Perang Gaza Intensif Sejak 7 Oktober 2023
Perlu diingat bahwa perang terbaru antara Palestina dan Israel dimulai pada tanggal 7 Oktober 2023 ketika Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel. Hamas melakukan serangan mendadak dengan menembakkan ribuan roket dan melakukan infiltrasi ke wilayah Israel melalui darat, laut, dan udara. Mereka mengklaim bahwa serangan ini merupakan tanggapan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur oleh pemukim Yahudi, serta peningkatan kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Israel segera merespons dengan melancarkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Serangan udara yang dilancarkan oleh pihak Israel telah menyasar tidak hanya rumah-rumah warga sipil di Jalur Gaza, tetapi juga menghantam gedung-gedung perkantoran dan fasilitas publik yang mencakup sekolah-sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah. Dampak dari serangan ini sangat merugikan, dengan ribuan warga sipil Gaza yang terdiri dari orang dewasa maupun anak-anak menjadi korban jiwa akibat kebrutalan serangan tersebut.
Respons Israel terhadap konflik dalam perang Gaza ini semakin meluas dengan melakukan pemotongan pasokan air, listrik, bahan bakar, dan makanan ke wilayah Gaza. Tindakan ini semakin memperburuk kondisi kehidupan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah yang terkepung sejak tahun 2007. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan di Gaza, pengeboman yang dilakukan oleh Israel telah menyebabkan lebih dari 9.000 warga Palestina kehilangan nyawa, termasuk di antaranya lebih dari 4.000 anak-anak yang menjadi korban dari kekejaman konflik ini.
Data dari Euro-Med Human Rights Monitor menyebutkan bahwa hingga 31 Oktober 2023, pengeboman Israel di Gaza telah menyebabkan 9.056 orang tewas, termasuk 3.718 anak-anak dan 1.929 perempuan. Jumlah korban luka akibat serangan Israel mencapai angka yang sangat mengkhawatirkan, yaitu sebanyak 21.980 orang, sedangkan 1.976 orang lainnya masih terperangkap di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat dampak keganasan tersebut.
Selain menimbulkan korban jiwa dan luka-luka, serangan Israel juga telah memaksa 1,4 juta orang untuk menjadi pengungsi internal akibat terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka yang telah menjadi sasaran pengeboman. Akibat terus berlanjutnya serangan dalam perang Gaza ini, banyak bangunan publik yang mengalami kerusakan parah dan bahkan hancur total, menciptakan pemandangan yang menghancurkan di wilayah konflik ini.
Data dari Euro-Med menunjukkan bahwa 44.300 bangunan telah hancur total, dan 13.610 rusak sebagian Selain itu, akibat serangan ini, tercatat 47 masjid dan 3 gereja yang ikut mengalami kerusakan atau bahkan hancur. Serangan ini juga menyebabkan dampak serius pada infrastruktur pendidikan, dengan 147 sekolah yang rusak, fasilitas industri yang mencapai 513, 19 rumah sakit yang mengalami kerusakan, 39 ambulans yang terkena imbasnya, serta 49 klinik yang ikut mengalami dampak serangan tersebut. Tidak hanya itu, serangan ini juga menimpa 87 kantor media yang mengalami kerusakan atau bahkan hancur.
Genosida Perang Gaza Timbulkan Kecaman Dari Penjuru Dunia Untuk Israel
Aksi genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina terus menjadi sorotan dan menuai kecaman dari masyarakat dunia. Para pemimpin negara di seluruh dunia telah melakukan berbagai upaya diplomatis untuk mencoba mengakhiri konflik yang telah merenggut puluhan ribu nyawa warga sipil ini. Namun, Israel tetap bersikeras untuk melanjutkan perang, mengabaikan seruan dan tekanan internasional.
Reaksi ini memicu protes besar dari masyarakat di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Hampir 2 juta orang Indonesia melakukan aksi solidaritas untuk Palestina di Monas, Jakarta Pusat sejak Minggu (5/10/2023). Aksi ini dimulai dengan long march dan diakhiri dengan doa bersama sebagai wujud rasa kemanusiaan dan simpati terhadap warga Palestina yang terus menjadi korban perang di Gaza.
Tidak hanya di Indonesia, aksi protes dan solidaritas untuk Palestina dalam perang Gaza juga terjadi di sejumlah negara lain dalam sepekan terakhir. Aksi kemanusiaan ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat dengan berbagai latar belakang suku, ras, dan agama. Di Washington DC, Amerika Serikat, ribuan orang memadati jalan depan Gedung DPR AS sejak Jumat (3/11/2023) lalu. Di Berlin, Jerman, masyarakat juga melakukan protes besar-besaran pada Sabtu (4/11/2023) lalu. Demikian pula di Trafalgar Square, London, ribuan demonstran mengecam Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden atas dukungan mereka terhadap Israel.