Pada bulan September 2023, kebakaran hutan yang melanda Sydney, Australia, telah menciptakan pemandangan mengerikan di langit kota. “Kabut” hitam yang dihasilkan oleh asap kebakaran telah melumpuhkan kota ini, mengurangi visibilitas dan mengganggu kesehatan warganya. Namun, dampak paling tragis dari kebakaran ini adalah kerugian besar dalam kehidupan satwa liar dan habitat alaminya. Kebakaran hutan Sydney ini mengguncang Australia dan membangkitkan keprihatinan global.
Sejak awal September, kebakaran hutan telah menghancurkan lebih dari lima juta hektare hutan dan lahan pertanian, mengakibatkan ratusan rumah hancur, dan menyebabkan sedikitnya 24 orang tewas. Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah musnahnya habitat hewan-hewan liar asli Australia seperti kanguru, koala, burung, reptil, dan spesies lainnya. Para ahli ekologi dari University of Sydney bahkan memperkirakan bahwa hampir setengah miliar mamalia, burung, dan reptil telah mati sejak kebakaran dimulai, termasuk sekitar 8.000 koala.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dampak Kebakaran Hutan Sydney
Sussan Ley, menteri lingkungan hidup Australia, mengatakan bahwa jumlah sebenarnya dari hewan yang menjadi korban belum bisa dipastikan hingga api berhasil dipadamkan. Ini adalah tragedi besar bagi keanekaragaman hayati Australia, dan upaya pemulihan akan memakan waktu yang sangat lama. Vickii Lett, seorang sukarelawan penjaga satwa liar di New South Wales, telah bekerja selama 32 tahun untuk merawat dan merehabilitasi hewan-hewan yang terluka atau terdampak oleh kebakaran. Hewan-hewan yang direhabilitasi oleh Lett mencakup koala, walabi, kanguru, serta berbagai spesies possum. Namun, rehabilitasi ini memakan waktu berbulan-bulan, dan pelepasan kembali hewan-hewan ini ke habitat alaminya memerlukan persiapan yang hati-hati untuk memastikan bahwa lingkungan tersebut sudah siap untuk menerima mereka. Selain itu, kebakaran hutan juga telah berdampak pada populasi burung, hewan pengerat, dan serangga. Ini merupakan kerugian besar bagi ekosistem Australia, yang telah berevolusi bersama dengan kebakaran hutan selama ribuan tahun.
Penyebab Kebakaran Hutan Sydney 2023
Penyebab kebakaran hutan yang melanda Sydney, Australia, pada tahun 2023 adalah hal yang kompleks. Penting untuk dicatat bahwa, meskipun kebakaran hutan ini tidak dimulai oleh perubahan iklim, dampaknya diperburuk oleh efek pemanasan global. Kondisi kebakaran hutan saat ini jauh lebih berbahaya, karena termasuk musim kebakaran yang lebih lama, kekeringan yang lebih parah, dan tanah yang semakin kering, akibat lonjakan suhu yang signifikan di Australia, terutama yang terjadi selama tahun 2019 yang mencatatkan rekor sebagai tahun terpanas dalam sejarah. Peningkatan suhu di Australia, dengan lebih dari 1,5 derajat Celsius di atas rata-rata, telah meningkatkan risiko kebakaran hutan secara signifikan.
Dampak dari kebakaran hutan Sydney juga sangat serius dalam konteks pemanasan global. Kebakaran hutan melepaskan karbon dioksida, salah satu gas rumah kaca, ke atmosfer. Meskipun jumlahnya mungkin kecil dalam skala global, karbon dioksida ini akan mempertahankan panas dalam atmosfer untuk waktu yang lama.
Diperkirakan bahwa kebakaran di Australia tahun ini telah melepaskan sekitar 350 juta metrik ton karbon dioksida hanya dalam tiga bulan. Para ahli memperingatkan bahwa dibutuhkan satu abad atau bahkan lebih untuk menyerap seluruh karbon dioksida yang telah dilepaskan oleh kebakaran ini, membuatnya menjadi ancaman serius bagi pemanasan global yang sudah terjadi.
Kebakaran hutan Sydney dan sebagian besar wilayah Australia memiliki kaitan erat dengan perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global. Meskipun kebakaran hutan adalah fenomena alam yang telah terjadi sejak lama di Australia, perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global telah memperburuk dan memperpanjang musim kebakaran, serta meningkatkan intensitas dan risiko kebakaran hutan. Berikut adalah beberapa cara di mana pemanasan global berdampak pada kebakaran hutan di Sydney dan sekitarnya:
- Peningkatan Suhu: Pemanasan global telah menyebabkan peningkatan suhu rata-rata di seluruh dunia, termasuk di Australia. Suhu yang lebih tinggi membuat tanah menjadi lebih kering dan rentan terhadap kebakaran. Musim panas yang lebih panjang dan lebih panas meningkatkan potensi terjadinya kebakaran hutan yang lebih serius.
- Kekeringan yang Lebih Parah: Perubahan iklim juga telah menyebabkan kekeringan yang lebih parah di beberapa wilayah Australia. Kekurangan curah hujan yang signifikan selama periode tertentu membuat vegetasi lebih kering dan lebih mudah terbakar. Ini menciptakan kondisi yang mendukung terjadinya kebakaran hutan.
- Angin Kencang: Pemanasan global juga dapat berdampak pada pola angin, yang dapat menyebabkan angin kencang dan berkepanjangan. Angin kencang dapat membantu api menyebar dengan cepat, memperburuk kebakaran hutan dan membuatnya sulit untuk dikendalikan.
- Perubahan Pola Hujan: Pemanasan global dapat mengubah pola hujan di berbagai wilayah, termasuk Australia. Hal ini dapat menyebabkan periode hujan yang lebih tidak teratur dan jangka panjang, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan.
- Dampak Jangka Panjang: Kebakaran hutan melepaskan karbon dioksida ke atmosfer, yang merupakan salah satu penyebab utama pemanasan global. Karbon dioksida ini dapat mempertahankan panas dalam atmosfer, berkontribusi pada pemanasan global yang lebih lanjut. Selain itu, kebakaran hutan juga merusak ekosistem dan habitat alam, yang dapat mempengaruhi dinamika karbon di alam.
Pemanasan global telah memperburuk kondisi yang mendukung terjadinya kebakaran hutan yang lebih serius dan merusak pada fenomena kebakaran hutan Sydney dan sekitarnya, meskipun sementara ini kebakaran tersebut mungkin tidak secara langsung disebabkan oleh pemanasan global. Tetapi, perubahan iklim yang diakibatkan oleh dampak dari pemanasan global berperan dalam meningkatkan risiko dan dampak kebakaran hutan di Australia.