Kerjasama China Rusia pada Rabu, tanggal 25 Oktober, kedua negara tersebut melakukan veto terhadap resolusi yang diajukan oleh Amerika Serikat (AS) dalam Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Resolusi AS tersebut meminta DK PBB untuk mengambil tindakan dalam mengatasi konflik antara Israel dan Hamas, dengan menyerukan adanya “jeda kemanusiaan” dalam pertempuran yang sedang berlangsung. Sepuluh anggota DK PBB memberikan dukungan terhadap rancangan resolusi AS, sementara Uni Emirat Arab memilih untuk tidak memberikan dukungan, dan Brasil serta Mozambik memilih untuk abstain.
Kerjasama China Rusia adalah melakukan veto bersama terhadap rancangan resolusi AS yang mencoba menyelesaikan perang antara Israel dan Hamas yang terjadi di Gaza. Resolusi AS ini menyuarakan perlunya “jeda kemanusiaan” dalam pertempuran untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan, perlindungan bagi warga sipil, serta penghentian pasokan senjata kepada Hamas dan milisi lain di wilayah tersebut.
Kerjasama China Rusia Patahkan Resolusi AS Yang Kurang Manusiawi
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam laporan yang dilansir oleh Al Jazeera, resolusi AS ini fokus pada “jeda kemanusiaan,” yang dianggap lebih tidak formal dan berdurasi lebih pendek dibandingkan dengan gencatan senjata penuh. Resolusi AS juga memuat pernyataan yang membelanya hak setiap negara untuk membela diri, seruan untuk mematuhi hukum internasional, dan tuntutan agar Hamas melepaskan semua sandera.
AS mengajukan resolusi ini pada tanggal 21 Oktober, hanya beberapa hari setelah mereka melakukan veto terhadap resolusi yang diajukan oleh Brasil yang juga berfokus pada aspek kemanusiaan. Hal ini diusulkan sebagai sebuah upaya untuk memberikan lebih banyak waktu bagi diplomasi yang dipimpin oleh AS.
Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun, menjelaskan alasan di balik veto yang diberikan oleh negaranya terhadap resolusi AS. Ia menyatakan bahwa rancangan resolusi tersebut tidak mencerminkan tuntutan gencatan senjata yang kuat di seluruh dunia, untuk mengakhiri pertempuran, dan tidak memberikan kontribusi signifikan dalam menyelesaikan konflik tersebut. Zhang Jun menekankan bahwa saat ini, gencatan senjata bukanlah sekadar istilah diplomatik, tetapi melibatkan nyawa dan kematian banyak warga sipil.
Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengakui bahwa AS telah mengajukan rancangan resolusi yang seakan-akan memberikan otoritas Dewan Keamanan PBB untuk mendukung serangan darat Israel di Gaza, sedangkan pada saat yang sama, ribuan anak Palestina terus kehilangan nyawa.
Setelah Kerjasama China Rusia, Masing – Masing Mengajukan Rancangan Resolusinya Sendiri
Setelah kerjasama China Rusia dengan melakukan veto bersama, China dan Rusia juga mengajukan rancangan resolusi mereka sendiri. Rusia menyuarakan perlunya gencatan senjata berdasarkan alasan kemanusiaan serta menyerukan penarikan pasukan Israel yang ada di Gaza agar warga sipil dapat pindah dari wilayah utara ke selatan.
Namun, rancangan resolusi Rusia juga tidak mendapatkan dukungan yang cukup untuk lulus di DK PBB, hanya mendapatkan empat suara. Dalam Dewan Keamanan PBB, sebuah resolusi memerlukan setidaknya sembilan suara dari negara-negara anggota DK, dan tidak boleh ada veto dari negara-negara anggota tetap DK PBB, termasuk AS, Prancis, Inggris, Rusia, dan China.
Saat ini, sepuluh anggota DK PBB yang tidak tetap berencana untuk merancang resolusi baru dalam mengatasi situasi di Gaza. Mereka berusaha untuk menemukan solusi atas konflik yang telah berlangsung lama ini.
China telah menyatakan kekecewaan mendalam atas tindakan veto yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap resolusi DK PBB mengenai situasi Israel-Palestina. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menyatakan bahwa Dewan Keamanan harus bertindak untuk meredakan konflik dan mencegah krisis kemanusiaan semakin memburuk.
Pada tanggal 18 Oktober, AS telah melakukan veto terhadap resolusi DK PBB yang diajukan oleh Brasil untuk menuntut “jeda kemanusiaan” di Gaza. Resolusi tersebut mendapatkan dukungan dari 12 negara anggota DK PBB, sementara Rusia dan Inggris memilih untuk abstain.
Pernyataan dari Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menekankan pentingnya diplomasi dalam menyelesaikan konflik ini. Ia mengatakan bahwa tindakan yang diambil harus didasarkan pada fakta di lapangan dan mendukung upaya diplomasi langsung, yang dapat menyelamatkan nyawa.
Sebagai sekutu tradisional Israel, AS telah lama melindungi Israel dari tindakan apapun yang diajukan di DK PBB. Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menilai bahwa AS telah menunjukkan tindakan yang munafik dan standar ganda dalam mengatasi konflik ini.
Resolusi yang diajukan oleh Rusia yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan juga gagal untuk disahkan pada tanggal 16 Oktober. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, telah menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera untuk memungkinkan pembebasan sandera dan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Rusia telah meminta Majelis Umum PBB, yang terdiri dari 193 negara anggota, untuk mengadakan sidang khusus darurat mengenai konflik ini. Majelis Umum dapat memutuskan untuk mengajukan rancangan resolusi melalui pemungutan suara, tanpa adanya hak veto yang dapat digunakan oleh negara anggota.
Kerjasama China Rusia ini dalam rangka menolak resolusi AS. Resolusi yang berfokus pada jeda kemanusiaan dirasa terlalu singkat daripada gencatan senjata yang selama ini dilakukan oleh Israel terhadap Palestina. Pertempuran kali ini dimulai ketika Hamas melancarkan serangan roket dan melakukan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara. Hamas menyebut serangan ini sebagai balasan atas penyerbuan Israel ke Masjid Al-Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur serta kekerasan yang semakin meningkat terhadap warga Palestina oleh pemukim Israel. Militer Israel kemudian memberikan respons dengan melancarkan “Operasi Pedang Besi” di Jalur Gaza, sambil memblokade sepenuhnya kawasan tersebut, sehingga menyebabkan kekurangan pasokan listrik, air, makanan, bahan bakar, dan perlengkapan medis bagi masyarakat setempat.