Kudeta militer di Afrika ini terjadi di Gabon yang merupakan negara di Afrika Tengah. Gabon merupakan salah satu negara terbaru yang berada di benua Afrika dan mengalami pergantian kekuasaan secara paksa oleh Burkina Faso, Mali, Chad, Sudan, dan Guinea. Paksaan ini dilakukan oleh para anggota militer. Aksi dari para perwira militer ini akan mengakhiri 50 tahun kekuasaannya. Kelompok tentara ini juga mengatakan telah membatalkan hasil pemilu presiden Senin lalu pada tanggal 28 Agustus.
Pihak komite pemilihan umum Gabon telah mengumumkan bahwa presiden Ali Bongo Ondimba yang berusia 64 tahun telah memenangkan pemilu dengan meraih 64 suara. Akan tetapi setelah terjadi pengumuman tersebut, terdapat Suara tembakan dari pusat ibukota yaitu Libreville. Puluhan Anggota militer berseragam muncul di televisi pemerintahan dan mengumumkan bahwa mereka telah mengambil alih kekuasaan. Seorang tentara juga mengklaim sebagai juru bicara mengatakan semua institusi Republik telah dibubarkan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Fakta – Fakta Kudeta Militer Di Afrika
Terdapatnya kudeta militer ini terjadi dengan beberapa fakta. Pertama yaitu terdapat negara Prancis yang mengutuk kudeta di Gabon. Sebenarnya dunia bereaksi keras terhadap kudeta yang ada di Gabon ini. Terjadi di benua Afrika setiap tahun 2020. Juru bicara dari pemerintah Prancis juga mengatakan bahwa telah mengutuk kudeta militer yang telah berlangsung di Gabon. Selain itu beliau juga memaparkan bahwa berhasil memantau dengan seksama bagaimana perkembangan yang ada di lapangan. Juru bicara juga mengatakan dan menegaskan kembali harapannya agar berhasil pemilu.
Kemudian untuk fakta yang kedua yaitu uni Eropa, Rusia dan China bersama-sama memantau seksama mengenai kudeta militer di Afrika ini. Hal yang sama juga telah disampaikan oleh kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell. Ia mengatakan bahwa telah berhasil mengikuti apa yang terjadi sebelumnya. Jadi adanya hal ini mereka mengetahui bagaimana kejadian-kejadian terbaru yang ada sekarang.
Rusia meminta kepada seluruh warga negaranya yang ada di Gabon untuk waspada. Juru bicara kementerian luar negeri Rusia juga mengatakan bahwa tidak akan ada warga Rusia di Gabon yang menjadi korban. Namun pihak Rusia menyarankan agar dua garis yang untuk sementara waktu menahan diri untuk bepergian ke Gabon kecuali jika benar-benar penting.
Sementara untuk fakta dari negara China sendiri yaitu meminta semua pihak di Gabon untuk mengedepankan kepentingannya. Baik itu kepentingan rakyat maupun bangsanya dan menyelesaikan berbagai perbedaan yang ada secara damai. China berharap dapat memulihkan ketertiban umum sesegera mungkin dan menjamin keselamatan dari presiden bongo.
Kronologi utama dari kejadian kudeta militer di Afrika yaitu adanya upaya kudeta yang telah terjadi sekitar 1 bulan lalu. Pada saat itu tentara pemberontakan di Niger mengambil alih kekuasaan pemerintahnya secara paksa dan merupakan hal baru dari serangkaian kudeta yang menentang pemerintah yang memiliki hubungan dengan Prancis. Tidak seperti negara Niger dan dua negara lainnya, untuk negara Gabon sendiri tidak pernah dilanda kekerasan jihad sehingga relatif stabil.
Kronologi Dari Kudeta Militer Di Afrika
Kronologi dari kudeta Afrika di Gabon ini terjadi pada saat beberapa minggu lalu setelah anggota pengawal presiden di negara berhasil merebut kekuasaan dan mendirikan junta. Jadi kronologisnya yaitu keluarga bongo telah memiliki hubungan yang lama dengan mantan kolonial. Sejak mendiang ayahnya yaitu Omar Bowo menjabat sebagai presiden selama 4 dekade. Jadi adanya hal tersebut yang menyebabkan Gabon berada di bawah pengawasan hukum di beberapa tahun terakhir. Beberapa anggota keluarga bongo juga sudah di selidiki di Prancis. Sementara beberapa lainnya juga dikenakan tuduhan awal atas penggelapan maupun pencucian uang.
Bongo juga mengincar jabatan yang ketiga dalam pemilunya. Ia menjabat 2 periode dan berkuasa pada tahun 2009 setelah kematian ayahnya. Adanya hal tersebut yang membuat sekelompok Anggota militer memberontak dan mencoba melakukan kudeta pada Januari 2019. Ketika bongo sedang berada di negara Maroko dalam masa pemilihan dari stroke, namun dengan cepatnya dapat dikalahkan. Dalam pemilu tersebut bongo telah mendapatkan berbagai koalisi oposisi yang dipimpin oleh seorang profesor ekonomi dan mantan menteri pendidikan yaitu Albert Ondo Ossa.
Pemungutan suara ini telah diadakan di Gabon sejak kembalinya negara tersebut pada tahun 1990. Dari zaman dulu pemungutan suara ini kerap berakhir dengan kekerasan. Sering terjadi bentrokan antar pasukan pemerintah setelah melakukan pemilu 2016 yang menewaskan 4 orang. Khawatir terjadi kekerasan secara terus-menerus banyak orang yang pergi ke ibukota. Sementara warga lainnya banyak juga yang menimbun makanan dan Menjaga keamanannya di rumah masing-masing.
Setelah pemungutan suara yang dilakukan Minggu lalu menteri komunikasi Gabon, Rodrigue Mboumba Bissawou mengatakan bahwa akses internet dibatasi tanpa batas waktu yang meredam. Netblocks yang merupakan sebuah organisasi juga melacak akses internet di seluruh dunia. Ia mengatakan layanan internet mengalami pemulihan sebagian di Gabon setelah kudeta militer di Afrika.