Kamis, 14 September 2023, menjadi hari yang penuh ketegangan di Selat Taiwan. Pada hari tersebut, Militer China melakukan manuver yang sangat mencengangkan. Sebanyak 68 pesawat tempur bersenjata lengkap dan 10 kapal Angkatan Laut China telah terdeteksi mendekati Taiwan. Tindakan ini telah menciptakan situasi yang memanas di kawasan tersebut, yang mungkin menjadi sinyal perang yang sangat mengkhawatirkan. Bagaimana kita bisa memahami peristiwa ini? Mari kita simak lebih lanjut.
Militer China Melakukan Agresi yang Semakin Gencar
China, dalam tindakan yang semakin mengejutkan, telah mengirimkan armada yang besar menuju wilayah sekitar Taiwan. Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan bahwa ada 68 pesawat tempur dari Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dan 10 kapal Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) yang telah terdeteksi dalam waktu singkat antara Rabu dan Kamis pagi pada tanggal 14 September 2023. Kedua belah pihak tampaknya bersiap untuk konfrontasi yang serius.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Konflik China-Taiwan Adalah Akar Perselisihan yang Rumit
Akar perselisihan antara China dan Taiwan adalah masalah yang rumit. Perselisihan ini bisa dilihat dari tiga aspek utama :
- Akar Konflik
Militer China dan Taiwan telah lama bermusuhan, dan akar konflik ini dapat ditelusuri hingga Perang Saudara China (1927-1949). Setelah perang berakhir dengan kemenangan komunis di bawah kepemimpinan Mao Zedong, pasukan Nasionalis Kuomintang (KMT) yang kalah melarikan diri ke pulau seberang Selat Taiwan. Di sana, mereka mendirikan Republik Tiongkok (ROC). Akar konflik ini tetap berlangsung hingga hari ini, dengan China yang masih ingin merebut Taiwan kembali.
- Status Negara/Wilayah
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya yang harus dipersatukan, bahkan dengan paksa jika perlu. Sementara itu, penduduk Taiwan merasa memiliki pemerintahan sendiri dan menganggap diri mereka sebagai sebuah negara yang berdaulat. Mereka mengejar otonomi politik yang lebih besar, yang membuat hubungan kedua belah pihak semakin tegang.
- Hubungan Antar Pihak
Selain masalah status dan sejarah, hubungan China dan Taiwan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti politik, ekonomi, dan diplomasi. Kepemimpinan Taiwan yang cenderung pro-kemerdekaan, seperti Presiden Tsai Ing-wen, telah memperburuk hubungan dengan Beijing. China merasa terancam oleh setiap langkah yang mengarah pada pengakuan resmi Taiwan sebagai negara yang merdeka.
Situasi Terbaru di Selat Taiwan
Manuver China ini terjadi setelah pihak berwenang di Taipei memperingatkan bahwa Beijing sedang melakukan latihan udara dan laut di Pasifik Barat. China telah lama mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya, meskipun pulau ini memiliki pemerintahan sendiri dan berfungsi seperti negara merdeka. Hubungan kedua pihak memburuk secara signifikan sejak Presiden Tsai Ing-wen, yang mendukung kemerdekaan Taiwan, naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2016.
Tidak hanya meningkatkan tekanan diplomatik dan militer terhadap Taiwan, militer China juga telah mengejutkan dengan peningkatan dramatis dalam jumlah penerbangan pesawat tempurnya di sekitar pulau tersebut. Terutama, lonjakan aktivitas militer ini terjadi setelah kunjungan Nancy Pelosi, yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS), pada bulan Agustus yang lalu. Selain itu, Kementerian Pertahanan Taiwan juga melaporkan adanya beberapa pesawat dan kapal perang yang bergerak menuju wilayah Pasifik Barat. Meskipun demikian, mereka menegaskan bahwa pesawat dan kapal-kapal tersebut tidak akan melaksanakan latihan bersama dengan kapal induk Shandong, salah satu dari dua kapal induk yang beroperasi di dalam armada China.
Saat ini, kapal induk Shandong berada sekitar 60 mil laut (111 kilometer) tenggara dari titik paling selatan pulau Taiwan, menuju Pasifik Barat. Meskipun ada banyak spekulasi dan kekhawatiran, belum ada komentar resmi dari pemerintah China terkait dengan tindakan tersebut atau latihan di Pasifik Barat.
Konfrontasi di Selat Taiwan
Tindakan militer China ini juga harus dilihat dalam konteks peningkatan ketegangan di kawasan Selat Taiwan. Amerika Serikat dan beberapa sekutu Barat telah meningkatkan kebebasan navigasi mereka melalui Selat Taiwan dan Laut Cina Selatan yang disengketakan. Tindakan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa Selat Taiwan adalah jalur perairan internasional yang bebas, meskipun hal ini sangat membuat China marah.
Pekan lalu, China mengatakan bahwa pasukannya “selalu waspada” setelah dua kapal militer milik Amerika Serikat dan Kanada melintasi Selat Taiwan. Kapal-kapal tersebut adalah kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, USS Ralph Johnson dan HMCS Ottawa. Tindakan ini diambil sebagai upaya untuk menegaskan komitmen Amerika Serikat dan sekutu serta mitra mereka terhadap wilayah Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Secara keseluruhan, situasi di Selat Taiwan semakin rumit dan memerlukan pemantauan yang ketat dari komunitas internasional. Tindakan militer China mendekati Taiwan adalah langkah yang sangat berani, dan akibatnya bisa sangat serius. Dalam menghadapi ketegangan ini, penting bagi semua pihak untuk mencari solusi diplomatik yang dapat menghindari eskalasi lebih lanjut dan menjaga perdamaian di kawasan tersebut. Semoga situasi ini dapat diselesaikan dengan damai demi kebaikan semua pihak yang terlibat.