Pada hari Sabtu (7/10/2023), kelompok Pejuang Islamis Palestina, Hamas, melancarkan serangan ke Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Palestina serang Israel mencakup tembakan ribuan roket dari Jalur Gaza ke Israel, disertai dengan penyusupan puluhan pejuang ke perbatasan yang dibentengi dengan ketat di beberapa lokasi melalui udara, darat, dan laut. Israel pun terkejut oleh serangan tersebut, yang dianggap sebagai “kegagalan bersejarah” oleh badan intelijen mereka, menurut pakar Timur Tengah, David Khalfa. Bahkan beberapa jam setelah serangan dimulai, para militan Hamas masih terlibat dalam baku tembak di beberapa komunitas Israel di dekat Gaza.
Palestina Serang Israel kali ini mengejutkan dunia dengan jumlah korban tewas yang melonjak menjadi sedikitnya 250 orang dan ratusan lainnya luka-luka. Juru bicara Militer Israel, Jonathan Conricus, memberikan briefing pada Minggu (8/10/2023) pagi, sementara pertempuran masih berlangsung di bagian selatan Israel. Merespon serangan Hamas yang melanda wilayahnya dengan serentetan tembakan roket dan senjata di 22 lokasi di luar Jalur Gaza, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memberikan tanggapan tegas. Netanyahu menyatakan bahwa Israel sedang dalam perang dan mengancam bahwa musuh akan membayar harga yang belum pernah terjadi sebelumnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Alasan Dibalik Palestina Serang Israel
Pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Palestina mengungkapkan bahwa berlanjutnya ketidakadilan dan penindasan terhadap rakyat Palestina adalah alasan di balik situasi yang eksplosif ini dan ketiadaan perdamaian serta keamanan di kawasan tersebut. Mereka menyatakan bahwa perdamaian memerlukan keadilan, kebebasan, dan implementasi penuh resolusi legitimasi internasional.
Alasan di balik serangan Hamas ke Israel pada awal Oktober 2023 adalah eskalasi kedua pihak sejak perang 11 hari pada 2021. Hamas mengklaim telah melepaskan 5.000 roket, sedangkan Israel mengklaim bahwa pesawat tempur kelompok ini sudah memasuki wilayah mereka. Juru Bicara Hamas, Khaled Qadomi, menyatakan bahwa serangan mereka adalah respons atas kekejaman yang dirasakan rakyat Palestina selama beberapa tahun belakangan, termasuk terhadap situs-situs suci seperti Al-Aqsa. Demikian pula, Komandan Militer Hamas, Mohammed Deif, menyatakan bahwa serangan ke Israel adalah respons atas blokade Gaza selama 16 tahun dan serangan Israel ke kota-kota di Tepi Barat selama setahun terakhir, termasuk tindak kekerasan di Al Aqsa.
Kronologi Palestina Serang Israel
Saat serangan terjadi, coincidentally, itu juga adalah hari raya Yahudi Simchat Torah, yang merupakan hari libur akhir festival Yahudi selama seminggu yang dikenal sebagai Sukkot atau Hari Raya Pondok Daun. Serangan ini dimulai pada pukul 06.20 waktu setempat dengan roket pertama yang ditembakkan oleh Hamas. Mereka melancarkan serangan dari darat, laut, dan udara. Roket Hamas mencapai Tel Aviv dan Beersheba, menyebabkan warga berlindung di balik bangunan ketika sirene berbunyi.
Namun, Palestina Serang Israel kali ini juga berfungsi sebagai kedok untuk infiltrasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada pukul 07.40 pagi, orang-orang bersenjata Palestina berhasil menyeberang ke Israel, sebagian besar melalui pagar penghalang yang memisahkan Gaza dan Israel. Bahkan ada yang terekam menyeberang dengan parasut, dan ada perahu yang menuju ke Zikim, sebuah kota pesisir dan pangkalan militer Israel.
Video yang dirilis oleh Hamas menunjukkan pejuang mereka melewati pagar keamanan pada saat kondisi cahaya redup sinar matahari, bersamaan dengan serangan roket. Salah satu video juga menampilkan sepeda motor yang dikendarai oleh kelompok Hamas melintasi pagar penghalang, sementara foto lain menunjukkan buldoser merobohkan sebagian pagar keamanan.
Pantauan Associated Press menunjukkan bahwa Israel dan Gaza saling berbalas serangan setelah Hamas meluncurkan roket pada Sabtu. Israel melakukan serangan ke Jalur Gaza yang meratakan beberapa bangunan tempat tinggal, termasuk menara 14 lantai yang berisi puluhan apartemen dan kantor Hamas di pusat Kota Gaza. Di sisi lain, Hamas juga melancarkan roket ke empat kota di Israel bagian tengah, bahkan mencapai Ibu Kota Israel, Tel Aviv, dan sekitarnya, yang menyebabkan dua orang menderita luka serius.
Menurut militer Israel, Hamas meluncurkan 3.500 roket pada Sabtu. Sementara itu, jumlah korban tewas yang disebabkan oleh serangan balasan Israel ke Jalur Gaza terus bertambah. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 232 warga Palestina tewas akibat serangan udara Israel di Gaza pada Sabtu (7/10/2023), dengan lebih dari 1.700 orang mengalami luka-luka.
Dinas penyelamatan nasional Israel melaporkan setidaknya 40 orang telah terbunuh dan ratusan lainnya terluka, menjadikannya serangan paling mematikan di negara itu dalam beberapa tahun terakhir. Eskalasi ini terjadi di tengah meningkatnya kekerasan antara Israel dan militan Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, yang merupakan bagian dari wilayah Palestina yang telah lama berusaha untuk mendirikan sebuah negara.
Eskalasi ini juga terjadi di tengah pergolakan politik di Israel, yang telah mengalami perpecahan yang mendalam terkait upaya untuk merombak peradilan dalam beberapa bulan terakhir. Menurut David Khalfa, direktur Observatorium Afrika Utara dan Timur Tengah di lembaga pemikir Prancis, Fondation Jean-Jaurès, Hamas memanfaatkan kerentanan Israel untuk melancarkan “Operasi Badai Al-Aqsa” yang mematikan. Sejak Perang Yom Kippur pada 1973, Israel tidak pernah dihadapkan pada invasi darat berskala penuh seperti ini. Pasukan komando Hamas beroperasi di dalam wilayah Israel dengan modus operandi layaknya tentara sungguhan, membuat Palestina serang Israel kali ini menjadi yang pertama atau belum pernah terjadi sebelumnya baik dalam hal skala maupun kecanggihannya.