Perang antara Hamas Palestina dan Israel terus memanas hingga memasuki hari keempat. Sejak serangan Hamas ke Jalur Gaza Palestina pada Sabtu, 7 Oktober 2023, Perang Israel – Hamas telah meluas dan menimbulkan dampak yang meluas, termasuk merambah negara tetangga, diantaranya ke Lebanon.
Pada hari Senin, Israel memberikan tanggapan keras dengan melancarkan serangan di perbatasan Lebanon. Serangan tersebut menewaskan sejumlah anggota Hizbullah, kelompok bersenjata yang merupakan musuh bebuyutan Israel. Meskipun Hizbullah belum secara resmi bergabung dalam konflik ini, ketegangan meningkat, dan masyarakat di dekat perbatasan kedua negara merasakan dampaknya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Perang Israel – Hamas Semakin Panas
Update terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa sebanyak 423.000 penduduk Gaza terpaksa mengungsi akibat serangan militer Israel. Serangan ini telah memaksa penduduk Gaza untuk meninggalkan rumah mereka, menciptakan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.
Menurut laporan Al Jazeera, jumlah pengungsi di Gaza terus meningkat, mencapai 423.378 orang pada Kamis malam, 12 Oktober 2023. UNOCHA atau kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB telah mengajukan permohonan darurat sebesar 294 juta dolar untuk memenuhi “kebutuhan paling mendesak” dari 1,2 juta masyarakat Palestina di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel. Selain itu, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) juga memperingatkan bahwa jumlah warga Palestina yang mengungsi semakin meningkat dan situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. ICRC mengatakan, “Malam ini di Gaza, ratusan ribu orang tidak memiliki tempat untuk tidur. Lebih dari 2 juta orang mengalami kekurangan kebutuhan dasar seperti air dan listrik. Mereka yang terluka pun tidak dapat dijangkau oleh ambulans.”
Perang Israel – Hamas telah Melibatkan Lebanon
Perang ini tidak hanya berdampak pada Gaza, tetapi juga meluas hingga ke Lebanon. Ribuan orang di selatan Lebanon bergerak ke utara untuk menghindari dampak konflik yang semakin meluas akibat ketakutan akan rudal Israel. Di perbatasan kedua negara, ketegangan semakin meningkat, dan penduduk desa di Lebanon selatan yang berdekatan dengan perbatasan Israel telah meninggalkan rumah mereka. Mereka hidup dalam ketidakpastian, tanpa mengetahui kapan situasi akan kembali normal.
Di samping konflik dengan Hamas di Gaza, Israel juga menghadapi tekanan dari Hizbullah di Lebanon. Pada hari Rabu, Hizbullah melancarkan serangan dengan rudal anti-tank terhadap posisi militer Israel. Israel merespons dengan menyerang posisi Hizbullah, dan muncul rumor bahwa pesawat tak berawak milik Hizbullah telah menyusup ke wilayah Israel. Akibatnya, beberapa warga sipil terluka, dan beberapa anggota Hizbullah tewas dalam serangan Israel di Lebanon selatan.
Lebanon adalah negara yang berpenduduk sekitar enam juta jiwa dan berbagi perbatasan selatan sepanjang 81 kilometer dengan Israel. Sekitar 600.000 orang, atau sepersepuluh dari populasi Lebanon, tinggal di dekat perbatasan ini. Sejarah perang antara Israel dan Lebanon telah ada sejak berdirinya Israel pada tahun 1948, meskipun ada periode relatif tenang setelah pertempuran terakhir mereka pada tahun 2006. Namun, penduduk setempat khawatir bahwa perang saat ini akan lebih dahsyat daripada yang terjadi pada tahun 2006.
Pertempuran 2006 menewaskan sekitar 1.109 warga Lebanon, sebagian besar warga sipil, sementara Israel kehilangan 43 warga sipil dan 12 tentara. Hizbullah, kelompok bersenjata Lebanon yang didukung Iran, telah berkembang sejak saat itu, terutama setelah tahun 2012, ketika mereka terlibat dalam konflik di Suriah mendukung Presiden Bashar Al-Assad. Perang ini berpotensi menjadi lebih sengit, dan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengklaim bahwa kelompoknya memiliki 100.000 pejuang.
Perang Israel – Hamas Akan Meluas Ke Iran?
Menurut Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan terdapat risiko peningkatan konflik dengan pembukaan front kedua di utara, dan tentu saja karena keterlibatan Iran. Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, mengirimkan kapal induk Dwight Eisenhower sebagai upaya untuk menghentikan konflik regional. Kapal ini akan bergabung dengan armada lain, termasuk kapal induk Gerald R. Ford di Mediterania Timur.
Iran juga mengikuti perkembangan konflik ini dengan cermat. Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, mengecam tindakan kejam Israel di Jalur Gaza dan memperingatkan tentang konsekuensi yang mungkin dialami AS jika konflik meluas. Ia juga menyatakan bahwa Iran tidak bisa hanya menjadi pengamat jika kekejaman terus berlanjut.
Perbatasan utara Israel juga menjadi sorotan dengan penyerangan pejuang Hizbullah yang didukung Iran terhadap pos militer Israel dan desa perbatasan pada Minggu. Israel merespons serangan tersebut, meskipun beberapa pejabat AS telah mendesak Israel untuk menunda serangan darat demi menjaga nilai kemanusiaan di Gaza.
Di tengah perang Israel dengan Hamas, AS juga mengupayakan bantuan militer lebih lanjut untuk Israel. Mereka membahas paket senjata baru yang lebih besar dari yang sebelumnya dilaporkan. Pemimpin mayoritas Senat AS, Chuck Schumer, mengatakan bahwa Senat bisa mengambil tindakan terlebih dahulu dalam hal pendanaan bagi Israel tanpa menunggu DPR.
Senator Partai Republik, Lindsey Graham, bahkan akan melakukan perjalanan ke wilayah konflik untuk membahas potensi negosiasi antara Arab Saudi dan Israel. Rencananya, ia akan memperkenalkan Rancangan Undang-Undang yang dapat menjadi senjata AS-Israel untuk mengurangi ketergantungan dunia terhadap minyak Iran apabila Israel diserang.
Dalam situasi perang Israel dengan Hamas yang semakin tegang ini, dunia berharap agar perdamaian dapat segera direstorasi dan solusi politik dapat ditemukan untuk mengakhiri konflik yang telah berkepanjangan ini.