Badan-badan PBB dan berbagai organisasi amal internasional telah mengeluarkan pernyataan bersama yang sangat jarang terjadi. Pernyataan tersebut berisikan seruan petinggi PBB desak Israel untuk lakukan gencatan senjata kemanusiaan yang segera diterapkan di Gaza. Pemimpin semua organisasi di bawah naungan PBB telah mengeluarkan pernyataan bersama pada Minggu (5/11/2023) terkait konflik antara Hamas dan Israel.
Dalam pernyataan tersebut, mereka mengekspresikan kemarahan mereka atas jumlah korban sipil yang terus meningkat di Gaza akibat perang, dan mereka dengan tegas menyerukan perlunya gencatan senjata. Mereka menyoroti bahwa selama hampir satu bulan, dunia telah menjadi saksi situasi yang menggemparkan di Israel dan Wilayah Palestina yang diduduki Israel, dengan rasa terkejut dan ngeri atas banyaknya nyawa yang telah hilang dan penderitaan yang dialami oleh penduduk sipil di daerah tersebut. Pernyataan ini dikutip oleh AFP.
18 Petinggi PBB Desak Israel Gencatan Sejatan Di Perang Gaza
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Para pemimpin badan PBB juga menegaskan perlunya mengakhiri konflik ini segera. Para pemimpin badan PBB dan berbagai organisasi amal internasional menegaskan kebutuhan mendesak akan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza. Petinggi PBB desak Israel karena sudah hampir 30 hari terjadi konflik yang mengakibatkan penderitaan besar bagi penduduk di kawasan tersebut. Mereka menyuarakan keputusasaan mereka atas situasi yang terus berlangsung dan memanggil untuk tindakan segera guna menghentikan pertumpahan darah dan penderitaan manusia. Mereka mengecam tindakan kejam terhadap warga sipil di Gaza, termasuk pemutusan akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air, obat-obatan, listrik, dan bahan bakar.
Di antara ke-18 badan PBB atau tokoh – tokoh petinggi PBB yang mendesak gencatan senjata adalah seperti Volker Turk yang menjadi Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku Kepala Organisasi Kesehatan Dunia dan Martin Griffiths yang menjabat Kepala Bantuan PBB, yang memiliki pengaruh besar dalam upaya penyelesaian krisis di Gaza.
Para pemimpin PBB dengan tegas menyuarakan keprihatinan mereka dalam pernyataan bersama, menekankan bahwa seluruh penduduk Gaza saat ini terkepung dan terus diserang. Mereka mengutuk fakta bahwa akses terhadap kebutuhan penting untuk bertahan hidup, termasuk tempat tinggal, tempat penampungan, rumah sakit, dan tempat ibadah, telah menjadi target pengeboman. Mereka menegaskan bahwa situasi ini adalah sesuatu yang tidak dapat diterima dan menyerukan kepada semua pihak untuk segera mencapai gencatan senjata.
Petinggi PBB Desak Israel Gencatan Senjata, Korban Sudah 10.000 Lebih
Pada hari Senin, pejabat kesehatan di Gaza melaporkan bahwa setidaknya 10.022 warga Palestina telah kehilangan nyawa mereka akibat serangkaian pengeboman yang dilancarkan oleh Israel. Dari jumlah tersebut, termasuk 4.104 anak-anak yang menjadi korban tragis konflik ini.
Pada malam Ahad, tepatnya tanggal 5 November 2023, seorang jurnalis Reuters berada di Jalur Gaza dan menyaksikan langsung serangkaian pengeboman yang datang dari udara, darat, dan laut. Kejadian tersebut mencakup serangan yang begitu intens dan meluas, menjadikannya sebagai salah satu serangan paling dahsyat sejak Israel memulai kampanye serangannya di wilayah tersebut.
Menurut laporan yang disiarkan oleh televisi Al-Aqsa dan mengutip sumber-sumber medis, diperkirakan sedikitnya 75 warga Palestina telah tewas dalam serangan tersebut, sementara 106 lainnya mengalami luka-luka serius. Selain itu, pejabat kesehatan Palestina juga melaporkan bahwa dalam serangan udara yang terjadi semalam di rumah sakit kanker Rantissi di Kota Gaza, delapan orang telah kehilangan nyawa mereka.
Dalam pernyataan bersama, para pemimpin organisasi di bawah naungan PBB menyampaikan bahwa di Gaza, seluruh penduduk berada dalam keadaan terkepung dan terus diserang. Mereka menegaskan bahwa kondisi ini tidak dapat diterima, mengingat penduduk Gaza kehilangan akses terhadap hal-hal vital untuk bertahan hidup, dengan rumah, tempat penampungan, rumah sakit, dan tempat ibadah mereka menjadi sasaran pengeboman. PBB juga telah menyerukan agar Hamas segera membebaskan lebih dari 240 sandera yang mereka culik selama serangan mereka.
Selain petinggi PBB desak Israel, Para pemimpin PBB juga mendesak kedua belah pihak untuk mematuhi kewajiban di bawah hukum internasional selama konflik berkecamuk ini. Mereka menekankan bahwa lebih banyak bantuan kemanusiaan seperti makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar harus diizinkan masuk ke Gaza untuk membantu penduduk yang terkepung, terutama saat Israel melakukan serangan dengan tujuan menghancurkan Hamas.
Pada hari Minggu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dengan tegas menyatakan kembali kepada para pilot di pangkalan Angkatan Udara Ramon di Israel Selatan bahwa tidak akan ada gencatan senjata tanpa kepulangan sandera. Netanyahu menegaskan komitmennya untuk memprioritaskan keselamatan warga Israel dan memastikan bahwa semua sandera yang ditahan akan dibebaskan sebelum ada pertimbangan untuk menghentikan serangan. Ia menegaskan hal ini kepada musuh dan bahkan kepada teman-temannya, dengan tekad bahwa Israel akan terus melanjutkan serangannya hingga mereka berhasil mengalahkan lawannya. Walaupun tekanan internasional terus meningkat untuk mencapai gencatan senjata, Israel tetap bersikeras menolaknya dan berkomitmen untuk terus melancarkan serangan sampai semua sandera dibebaskan.
Alasan lain petinggi PBB desak Israel lakukan gencatan senjata adalah serangan pada layanan komunikasi yang diputus menyebabkan semakin sulitnya kondisi warga Gaz di tengah luka yang dialami. Perusahaan telekomunikasi Palestina, Paltel, melaporkan bahwa semua layanan komunikasi dan internet kembali diputus di seluruh Gaza pada hari Minggu, tanggal 5 November. Ini merupakan kali ketiga layanan tersebut terputus di wilayah Palestina, menciptakan kondisi yang semakin sulit bagi penduduk yang terjebak dalam konflik ini. Juru bicara badan pengungsi Palestina PBB, Juliette Touma, menyampaikan bahwa mereka telah kehilangan komunikasi dengan sebagian besar anggota tim UNRWA akibat pemadaman ini.