Perang Israel dan Palestina saat ini mengancam untuk meluas ke berbagai wilayah di Timur Tengah, termasuk Lebanon, Syria, dan Iran. Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, telah mengungkapkan kekhawatiran ini pada Selasa (24/10/2023). Menurut beliau, perang yang sedang berlangsung tidak hanya mempengaruhi Israel dan Palestina, tetapi juga berpotensi untuk meluas ke negara-negara tetangga.
Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa Israel tidak mengendurkan serangannya. Pada Selasa (31/10/2023), pasukan Israel bahkan meningkatkan intensitas serbuan mereka ke Gaza. Pertempuran sengit kini terjadi di dalam jaringan terowongan bawah tanah yang dikuasai oleh Hamas di utara Gaza.
Perang Israel dan Palestina Jatuhkan 8 Ribu Korban
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dampak kemanusiaan dari konflik ini juga semakin memprihatinkan. Menurut laporan resmi dari Kementerian Kesehatan Palestina, tercatat bahwa jumlah korban jiwa akibat serangan yang dilancarkan oleh pihak Israel di kota Gaza kini telah mencapai angka yang mengkhawatirkan, yakni sebanyak 8.525 orang. Dalam tragisnya peristiwa ini, kelompok yang paling rentan dan terdampak secara signifikan adalah perempuan dan anak-anak, yang harus menanggung akibat dari serangan bombardir yang terjadi secara intensif dan menghancurkan di berbagai wilayah di Gaza.
Rumah sakit di Gaza juga menjadi sasaran serangan. Pada pagi Selasa tanggal 31 Oktober 2023, pasukan Israel melakukan serangan yang menghantam rumah sakit Turki di wilayah Gaza. Serangan tersebut menimbulkan kekhawatiran serius terkait integritas dan keamanan fasilitas kesehatan yang seharusnya dihormati dan dilindungi dalam situasi konflik seperti ini. Serbuan terhadap rumah sakit tersebut menyiratkan potensi risiko terhadap nyawa dan keselamatan para staf medis serta pasien yang berada di dalamnya. Meskipun belum ada informasi resmi mengenai korban atau kerusakan yang disebabkan oleh serangan ini, namun hal ini menunjukkan betapa intensnya konflik ini.
Pemicu Perang Israel dan Palestina yang semakin intens ini bermula dari serangan Hamas ke Israel dari Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Hamas, yang dikenal sebagai organisasi militan di Palestina, menggambarkan serangannya sebagai respons terhadap tindakan otoritas Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Bukit Bait Suci Yerusalem. Kemudian, Israel mengambil tindakan lebih lanjut dengan mengumumkan blokade total terhadap Gaza. Setelah itu, Israel memutuskan untuk memulai serangan terhadap daerah Palestina, termasuk wilayah-wilayah tertentu di Lebanon dan Suriah. Tindakan ini semakin memperumit situasi konflik di Timur Tengah dan memperkuat ketegangan yang sudah tinggi antara pihak-pihak yang terlibat. Konflik ini tidak hanya mempengaruhi Gaza, tetapi juga meluas ke Tepi Barat. Eskalasi konflik yang terjadi telah menyebabkan dampak yang luas dan signifikan bagi wilayah tersebut, memunculkan keprihatinan dan kekhawatiran di tingkat internasional terkait kemanusiaan dan stabilitas di Timur Tengah.
Perang Israel dan Palestina Alami Perluasan Operasi Darat di Wilayah Gaza
Daniel Hagari, juru bicara Angkatan Darat Israel, mengumumkan perluasan operasi darat di wilayah Gaza. Hal itu Ia umumkan pada tanggal 27 Oktober 2023 yang menandakan eskalasi lebih lanjut dari konflik yang tengah berlangsung. Israel berkomitmen untuk menghancurkan kelompok Hamas dalam serangan mereka di Gaza.
Israel telah melakukan pengerahan sebanyak 360.000 tentara cadangan sebagai bagian dari upaya mereka untuk mengintensifkan serangan terhadap Gaza dan terus membombardir daerah tersebut tanpa henti. Strategi mereka, yang dikenal dengan nama “Operasi Pedang Besi”, bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur Gaza, meskipun dengan tingginya jumlah korban sipil.
Seri serangan udara terus berlanjut, dimulai dengan serangan udara Israel di wilayah Gaza pada pagi hari Senin, 23 Oktober, dan dilanjutkan dengan serangan udara ke Lebanon selatan pada malam hari Minggu, 22 Oktober. Konflik ini semakin meningkat, dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melakukan pertemuan dengan para jenderal dan kabinet perangnya untuk menganalisis situasi.
Situasi di Lebanon juga mengkhawatirkan. Ada ketakutan besar akan munculnya perang regional antara kelompok bersenjata Hizbullah dan Israel. Pertempuran ini dapat menjadi tidak terkendali dan berdampak luas.
Pertempuran antara Hizbullah dan Israel terjadi bersamaan dengan Perang Israel dan Palestina di Jalur Gaza. Serangan dari kedua belah pihak telah meluas ke wilayah perbatasan masing-masing. Serangan tersebut terutama menargetkan pos-pos militer dan pejuang, namun juga menyebabkan beberapa korban sipil. Banyak desa di Lebanon yang menjadi lokasi pertempuran sudah kosong dari penduduknya, dan sebagian besar dari mereka mencari perlindungan di markas Hizbullah di pinggiran Beirut.
Peningkatan kekerasan ini menjadi suatu perhatian serius. Hizbullah melaporkan kehilangan 50 pejuangnya dalam pertempuran ini, sementara Israel juga mengalami korban di pihak mereka.
Masyarakat internasional semakin prihatin dengan eskalasi konflik ini. Sebuah petisi online telah diluncurkan untuk menyerukan pemerintah Lebanon agar tidak terlibat dalam perang ini. Ada kekhawatiran bahwa Lebanon dapat menjadi medan pertempuran proksi yang melibatkan kekuatan asing.
Situasi kemanusiaan di Gaza juga semakin memburuk. Cindy McCain, Kepala Program Pangan Dunia PBB, WFP, menyoroti pentingnya memberikan akses aman bagi lembaga-lembaga bantuan untuk membantu wilayah Palestina yang saat ini berada dalam zona konflik.
Dalam situasi Perang Israel dan Palestina yang semakin kompleks, penting bagi semua pihak terlibat untuk mencari solusi diplomatis guna mengakhiri konflik dan mengurangi penderitaan rakyat di kawasan tersebut. Harapannya, perdamaian dan stabilitas dapat segera tercapai di Timur Tengah.