Prabowo Subianto, yang menjadi calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju, secara terbuka mempertimbangkan kemungkinan Indonesia masuk BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) jika ia berhasil memenangkan Pemilihan Presiden 2024. Pernyataan ini diungkapkannya dalam acara “Pidato Calon Presiden Republik Indonesia: Arah dan Strategi Politik Luar Negeri” di Kantor Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta, pada Senin (13/11).
Prabowo menegaskan bahwa kemungkinan bergabungnya Indonesia ke BRICS akan dipertimbangkan sejalan dengan keuntungan ekonomi yang dapat diraih oleh Indonesia. Prabowo mengatakan, “Jadi, akan dipertimbangkan apakah kepentingan ekonomi kita menguntungkan, jika iya, mengapa tidak bergabung dengan BRICS?”
Indonesia Masuk BRICS Tak Akan Langgar Prinsip Non-Blok Politik Luar Negeri
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih lanjut, Prabowo menekankan bahwa keputusan untuk bergabung dengan BRICS tidak akan melanggar prinsip non-blok politik luar negeri Indonesia. Menurutnya, BRICS adalah kelompok ekonomi dan bukan aliansi geopolitik atau militer. Ia menjelaskan bahwa kebijakan non-blok akan tetap diterapkan, sesuai dengan tradisi politik luar negeri Indonesia.
Dalam pemaparannya, Prabowo menjelaskan arah politik luar negeri Indonesia dengan merinci perjalanan sejarah dan tradisinya. Ia menyoroti keputusan konsisten untuk selalu menjaga posisi non blok, menolak keterlibatan dalam pakta-pakta militer dari pihak manapun.
Walaupun Indonesia mengambil sikap non-blok dalam kebijakan luar negerinya, Prabowo dengan tegas menegaskan bahwa negara ini berkomitmen untuk terus mengembangkan dan memperkuat hubungan persahabatan dengan berbagai negara, serta aktif terlibat dalam proses penyelesaian konflik di berbagai belahan dunia. Dalam konteks ini, pentingnya pendekatan negosiasi dalam menyelesaikan konflik menjadi fokus Prabowo. Dukungannya terhadap perjuangan rakyat Palestina adalah salah satu contoh konkrit dari pendekatan ini. Melalui penegasan ini, Prabowo mempertegas bahwa sikap non blok Indonesia tidak menghambat peran aktifnya dalam upaya mencapai perdamaian global melalui jalur diplomasi dan negosiasi.
Ketika ditanya mengenai pandangannya terhadap pakta pertahanan AUKUS, Prabowo menyatakan bahwa keputusan tersebut merupakan hak kedaulatan dari negara-negara yang terlibat, yakni Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak akan mengomentari keputusan yang bersifat hak kedaulatan tersebut.
Prabowo mengungkapkan bahwa Indonesia telah aktif berpartisipasi dalam berbagai forum ekonomi global, seperti G20, ASEAN, dan APEC. Ia menekankan bahwa keanggotaan Indonesia dalam forum-forum tersebut bukan semata-mata merupakan keterlibatan dalam perkumpulan geopolitik, melainkan lebih sebagai kontribusi aktif dalam perkumpulan ekonomi. Dalam konteks ini, Prabowo menyoroti pentingnya peran ekonomi Indonesia dalam kerangka kerja internasional, di mana keikutsertaan dalam forum-forum tersebut dianggap sebagai wujud komitmen untuk memperkuat kerjasama ekonomi antarnegara.
Dengan menjadi bagian dari G20, ASEAN, dan APEC, Prabowo menandaskan bahwa Indonesia mengambil peran dalam membangun hubungan ekonomi yang sehat dan saling menguntungkan dengan berbagai negara. Forum-forum tersebut, menurut Prabowo, memberikan platform bagi Indonesia untuk berkolaborasi dalam merumuskan kebijakan ekonomi global dan meningkatkan daya saing nasional di pasar internasional. Oleh karena itu, keikutsertaan Indonesia dalam forum-forum tersebut bukan hanya sekadar ikut-ikutan, melainkan merupakan strategi yang terencana untuk memajukan sektor ekonomi dan meningkatkan kedudukan negara dalam skenario ekonomi global yang terus berubah.
Dengan pandangannya ini, Prabowo menyiratkan bahwa keputusan untuk mempertimbangkan Indonesia masuk BRICS sejalan dengan strategi lebih luas Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam kancah ekonomi global. Melalui partisipasi aktif dalam berbagai forum tersebut, Prabowo menggarisbawahi pentingnya diplomasi ekonomi sebagai instrumen utama untuk membentuk hubungan yang saling menguntungkan antarnegara dan merajut kerjasama internasional yang berkelanjutan.
BRICS sendiri merupakan blok ekonomi yang didominasi oleh Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Prabowo menjelaskan dengan tegas bahwa meskipun Indonesia berada dalam posisi non-blok terhadap perkumpulan geopolitik, tidak menutup kemungkinan untuk Indonesia masuk BRICS. Ia menekankan bahwa BRICS adalah perkumpulan ekonomi yang dibentuk pada tahun 2009, awalnya bernama ‘BRIC’ sebelum bergabungnya Afrika Selatan pada tahun 2010.
Presiden Joko Widodo Mempertimbangkan Keputusan Indonesia Masuk BRICS
Sebelumnya, dalam sebuah pernyataan resmi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Indonesia masih berada dalam tahap pertimbangan serius untuk menjadi anggota BRICS, sebuah blok ekonomi yang melibatkan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Dalam penekanannya, Jokowi menyoroti bahwa hubungan Indonesia dengan anggota BRICS, khususnya dalam bidang ekonomi, telah berkembang dengan baik. Meskipun begitu, Jokowi menegaskan bahwa keputusan untuk menjadi anggota BRICS akan diambil setelah proses kajian dan pertimbangan yang matang.
Selain itu, Jokowi juga menjelaskan bahwa salah satu langkah yang harus dilakukan oleh negara yang ingin bergabung dengan BRICS adalah dengan menyampaikan surat expression of interest. Hingga saat ini, Indonesia belum menyampaikan surat tersebut sebagai langkah awal menuju keanggotaan BRICS.
Dengan adanya pertimbangan serius dari kedua tokoh utama di dunia politik Indonesia, baik Prabowo Subianto maupun Joko Widodo, terkait Indonesia masuk BRICS, langkah ini tentu menjadi perhatian utama dalam perkembangan hubungan ekonomi dan politik global di masa depan. Posisi Indonesia yang mempertimbangkan untuk bergabung dengan BRICS juga menandakan pergeseran dinamika kekuatan ekonomi di tingkat global.