Krisis kemanusiaan yang mendalam melanda Jalur Gaza sejak pecahnya perang antara milisi Hamas Palestina dan Israel pada 7 Oktober lalu Kementerian Kesehatan Palestina telah memberikan laporan mengenai jumlah korban tewas di Gaza, yang kini telah mencapai lebih dari 5 ribu orang, dengan lebih dari 2 ribu di antaranya adalah anak-anak. Angka ini mencerminkan dampak tragis dari perang Israel Hamas yang terus berkecamuk di wilayah ini.
Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan bahwa dari jumlah korban, sebanyak 2.055 anak tewas akibat pertempuran sengit antara Hamas dan pasukan Israel. Data ini disampaikan oleh juru bicara Kemenkes Gaza, Ashraf al-Qudra, pada Selasa (24/10). Selain anak-anak, 1.119 perempuan dan 217 orang lanjut usia menjadi korban dari perang antara Israel dan Hamas. Di samping angka korban jiwa yang mencapai angka yang mencengangkan, jumlah orang yang terluka dari pihak Palestina sendiri mencapai angka yang tak kalah mengkhawatirkan, mencapai 15.237 orang. Situasi ini mengindikasikan kondisi darurat yang memprihatinkan yang dihadapi oleh masyarakat Palestina, terutama anak-anak yang tidak lepas dari dampak tragis perang Israel Hamas ini. Ancaman dan serangan yang terus berlangsung menambahkan lapisan dari krisis kemanusiaan yang sedang melanda, menuntut solusi dan intervensi internasional yang mendesak untuk menghentikan penderitaan yang sedang berlangsung.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain Korban Jiwa, Perang Antara Hamas Israel Sebabkan Krisis Dalam Segala Aspek
Organisasi nirlaba Save the Children juga memberikan laporan yang sangat mengkhawatirkan. Mereka menyatakan bahwa setidaknya 2.000 anak di Gaza telah kehilangan nyawa mereka akibat perang ini. Organisasi ini dengan tegas menyerukan kepada semua pihak, termasuk masyarakat internasional, untuk mengambil langkah-langkah segera guna melindungi kehidupan anak-anak yang menjadi korban dalam konflik ini.
Dampak perang Israel Hamas ini tidak hanya terbatas pada korban jiwa, tetapi juga meliputi berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Kurangnya pasokan obat dan listrik telah menjadi masalah serius di wilayah ini. Rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, mengalami pemadaman listrik akibat kehabisan bahan bakar. Ini berdampak besar pada upaya merawat pasien di tengah situasi yang sangat genting.
Dampak konflik ini juga meluas ke sektor kesehatan di Gaza, di mana rumah sakit dan berbagai fasilitas kesehatan lainnya menghadapi tantangan serius karena kekurangan pasokan bahan bakar untuk menjalankan generator. Keadaan ini semakin memburuk oleh keterbatasan pasokan listrik yang tidak stabil, sehingga membawa sistem kesehatan di Gaza mencapai titik terendah dalam sejarahnya. Hal ini diungkapkan secara tegas oleh juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, menggarisbawahi eskalasi kegentingan kesehatan di kawasan tersebut.
Tidak hanya mempengaruhi kehidupan sehari-hari, perang Israel Hamas juga telah mengakibatkan kerusakan yang sangat besar pada infrastruktur dan tempat tinggal penduduk. Data yang dikeluarkan oleh pemerintah Hamas menunjukkan bahwa lebih dari 181.000 unit rumah mengalami kerusakan akibat konflik ini, di mana 20.000 di antaranya mengalami kerusakan total atau bahkan tidak dapat dihuni lagi. Situasi ini menunjukkan betapa parahnya dampak dari pertempuran yang sedang berlangsung, yang membutuhkan upaya besar untuk memulihkan dan membangun kembali infrastruktur yang telah rusak. lebih dari 1 juta anak di Gaza juga terjebak dalam situasi yang sangat berbahaya. Mereka tidak memiliki tempat yang aman untuk berlindung dari ancaman dan serangan yang terus berlanjut.
Situasi ini membutuhkan respons segera dari komunitas internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bersama dengan Amerika Serikat dan Kanada, telah mengeluarkan seruan untuk mewujudkan jeda kemanusiaan dalam konflik ini.\. Mereka mendesak agar bantuan dapat diantarkan dengan aman kepada warga sipil yang membutuhkan makanan, air, obat-obatan, dan listrik. Sekjen PBB Antonio Guterres menegaskan bahwa Israel terlibat dalam “pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan,” dan mendesak untuk segera mencapai gencatan senjata.
Para pemimpin dari negara-negara di Asia Tenggara dan Negara-Negara Teluk telah bersuara dengan tegas, mengajukan seruan kepada Israel Hamas untuk segera menghentikan serangan terhadap warga sipil yang tak berdosa. Mereka menegaskan perlunya memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat diantarkan ke Gaza tanpa adanya hambatan atau gangguan. Selain itu, para pemimpin juga meminta agar pasokan listrik, air, dan bahan bakar segera dikembalikan ke tingkat normal, untuk membantu meringankan penderitaan yang dialami oleh masyarakat di daerah tersebut. Kesatuan tindakan dari pemimpin-pemimpin ini mencerminkan keinginan bersama untuk menangani krisis kemanusiaan yang sedang terjadi dan mencari solusi yang dapat membawa perdamaian dan stabilitas bagi rakyat Palestina.
Diperkirakan bahwa terdapat sekitar 1,4 juta orang yang terpaksa menjadi pengungsi internal di Jalur Gaza dalam menghadapi keterbatasan dan kesulitan yang tak terbayangkan. Dalam jumlah tersebut, hampir 580.000 jiwa mencari perlindungan di tempat-tempat penampungan darurat yang sering kali tidak memadai. Kondisi ini menjadi suatu gambaran nyata akan urgensi perlunya solusi yang komprehensif untuk mengakhiri perang Israel Hamas yang telah berlarut-larut dan mengakibatkan penderitaan besar bagi seluruh masyarakat Palestina, dengan dampak khusus yang dirasakan oleh anak-anak yang menjadi korban tak bersalah dari ketegangan ini.