Sebuah kejadian mengejutkan terjadi di Koja, Jakarta Utara (Jakut), saat sejumlah pelajar SMA ditangkap oleh polisi karena tersebarnya hoax teror bom di sebuah mal. Keenam pelajar ini terlibat dalam insiden tersebut dan saat ini mereka diwajibkan lapor diri. Namun, dalam kejadian yang disebut-sebut sebagai prank ini, motif mereka adalah menjahili seorang teman yang dianggap lemah.
Menurut Kapolsek Koja Kompol Muhammad Syahroni, empat pelajar dengan inisial FA, RF, KH, dan SAL, merencanakan untuk menjahili teman sekelas mereka, H, yang dianggap lemah. Motif mereka murni ngeprank, tanpa ada niatan terkait terorisme. Mereka ingin menjahili H dan membuatnya panik. Akibatnya, mereka membuat pesan teror bom palsu yang ditujukan kepada H.
Hoax Teror Bom Bermula dari Pesan WhatsApp
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menggunakan nomor WhatsApp tak dikenal dengan foto profil dan nama Noordin M Top, FA mengirim pesan teror bom palsu ke H. Isi pesannya berisi ancaman pengeboman di daerah Koja Trade Mall (KTM) dengan imbauan agar H harus mengikuti acara pengeboman jika ia peduli dengan Noordin M Top.
Namun, yang mengejutkan adalah reaksi H terhadap prank tersebut. Sebaliknya dari menganggapnya sebagai lelucon, H justru merasa terlalu takut dengan ancaman bom palsu tersebut. Tanpa berpikir panjang, H segera mengabarkan pesan teror bom itu ke akun Instagram resmi Koja Trade Mall. Pihak administrasi akun mal tidak membuang waktu dan segera melaporkan insiden tersebut kepada pihak kepolisian, yang kemudian dengan sigap memulai penyelidikan terkait kasus ini.
Menurut Kapolsek Koja, polisi telah melakukan penyelidikan mendalam, termasuk pemeriksaan di lokasi yang diduga menjadi target pemboman. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada bom atau barang berbahaya yang ditemukan. Kejadian ini memunculkan ketakutan dan kepanikan di kalangan masyarakat yang berada di sekitar mal, serta menunjukkan betapa seriusnya penanganan ancaman teror bom.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara, Kombes Gidion Arif Setyawan, mengklarifikasi bahwa tindakan yang diambil oleh Polsek Koja adalah memberikan pembinaan dan mewajibkan para pelajar untuk melapor dengan melibatkan Kasudin Pendidikan Kota Jakarta Utara, kepala sekolah, dan para orang tua.
5 Siswa Terlibat Dalam Prank Tidak Bertanggung Jawab Ini
Kapolsek Koja Kompol Muhammad Syahroni memaparkan bahwa FA adalah pelaku utama hoax teror bom yang memegang peran kunci dalam insiden ini. Tugasnya adalah membuat profil palsu dengan identitas Noordin M Top. Sementara itu, RF berperan penting dengan memberikan nomor kontak H kepada FA untuk melancarkan prank ini.
Tak hanya FA dan RF, terdapat juga sejumlah pelajar lain yang terlibat dalam rencana prank ini. Salah satunya adalah ketua kelas dengan inisial KH, serta seorang anggota yang bertugas sebagai admin grup WhatsApp kelas dengan inisial SAL. Semua pelajar yang terlibat dalam hoax teror bom ini akhirnya diamankan oleh pihak kepolisian dan setelah itu mereka dipulangkan ke rumah orang tua masing-masing untuk dilakukan pendampingan lebih lanjut terkait perilaku mereka yang dianggap serius karena menggunakan ancaman bom sebagai bahan lelucon.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang mendalam, polisi menyatakan bahwa para pelajar tersebut tidak memiliki keterlibatan dengan kelompok jaringan teroris tertentu. Semua isi pesan yang mereka sebarkan hanyalah sebagai candaan semata. Hasil wawancara dengan pihak keluarga dan pihak sekolah juga membuktikan bahwa para pelajar ini tidak memiliki keterlibatan terkait terorisme.
Teror Bom Koja Trade Mall Hanyalah Sebuah Prank Siswa SMA
Satu hal yang perlu dijelaskan adalah bahwa tindakan para pelajar ini merupakan sebuah prank hoax dan tidak terkait dengan jaringan teroris. Meski mereka menggunakan nama Noordin M Top dalam pesan teror bom palsu, polisi memastikan bahwa para pelaku tidak terafiliasi dengan jaringan teroris tertentu.
Meskipun tindakan para pelajar ini adalah sebuah prank hoax teror bom yang tidak berbahaya, insiden ini menunjukkan betapa seriusnya penyebaran informasi palsu terkait terorisme. Ancaman teror bom adalah sesuatu yang sangat sensitif dan tidak boleh dianggap enteng. Polisi dan pihak berwenang harus selalu bersikap waspada terhadap ancaman semacam ini dan mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi keamanan masyarakat. Prank semacam ini seharusnya tidak dibiarkan berlarut-larut dan harus menjadi pelajaran bagi semua pihak, khususnya para pelajar, tentang pentingnya bertanggung jawab dalam berkomunikasi dan menyebarkan informasi.
Semua orang harus sadar akan dampak dari tindakan yang mereka lakukan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar mereka. Keamanan dan ketertiban harus tetap dijaga dengan sungguh-sungguh, tanpa mengabaikan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab dalam berkomunikasi. Prank seharusnya bersifat lucu dan tidak merugikan siapapun, bukan dengan prank hoax teror bom yang akhirnya menjadi ancaman yang menimbulkan kepanikan dan ketakutan. Semua pihak harus bekerja sama untuk menjaga keamanan dan ketertiban bersama-sama, sehingga insiden-insiden semacam ini tidak terulang di masa depan.