Perundungan di lingkungan sekolah adalah masalah serius yang mempengaruhi kesejahteraan siswa. Namun, di beberapa kasus, saling ejek bisa memicu respons yang sangat tidak proporsional. Pada Kamis (12/10/2023), seorang siswa SMK di Tangerang yang merupakan seorang siswa kelas 10 di SMK Yuppentek 2, Curug, Kabupaten Tangerang, telah melakukan pemukulan secara membabi buta terhadap teman sekelasnya, AH
Kasus ini terjadi di dalam ruangan kelas, dan menyedihkan bahwa korban dipukuli oleh temannya sendiri hanya karena mereka saling ejek. Video amatir yang merekam kejadian tersebut kemudian viral di media sosial. Dalam rekaman tersebut, terlihat dengan jelas bagaimana penganiayaan brutal terjadi di ruang kelas. Pelaku, dengan kejam, memukuli korban yang sudah tersungkur di lantai. Bahkan, aksi tersebut direkam oleh seorang rekannya yang lain.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kronologi Siswa SMK di Tangerang Pukuli Temannya Yang Mengejek Dirinya
Penganiayaan ini berlangsung terus-menerus, tanpa adanya belas kasihan. Beruntung, aksi kejam ini akhirnya dihentikan setelah salah seorang siswa lainnya memiliki keberanian untuk melerai pertikaian tersebut. Bahkan, video berdurasi 12 detik yang merekam insiden ini menunjukkan bahwa korban terus-menerus dipukuli, bahkan setelah jatuh.
Camat Curug, Arif Rahman memberikan klarifikasi terkait peristiwa Siswa SMK di Tangerang yang pukuli temannya. Ia menjelaskan bahwa kejadian tragis ini terjadi ketika pelaku diejek oleh korban. Pada saat si pelaku lewat, ia diejek dengan kata-kata “Jalan kayak cewek lu”. Ketersinggungan ini memicu kemarahan yang langsung berujung pada pemukulan terhadap korban, demikian diungkapkan pada Jumat (13/10/2023).
Menurut Arif, kejadian ini bukanlah hasil dari tindak perundungan, melainkan reaksi emosional dan ketersinggungan pelaku terhadap ejekan dari korban. Meskipun pihak leluasa sempat melaporkan insiden ini ke polisi, akhirnya mereka memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan.
Wakil Kepala Sekolah, Muhammad Farihin, juga membenarkan bahwa kedua belah pihak sudah menyetujui untuk mencapai perdamaian. Proses penyelesaian kasus Siswa SMK di Tangerang pukuli temannya ini telah dilakukan secara kekeluargaan, di mana pihak-pihak terlibat telah mencapai kesepakatan. Selain itu, mereka juga telah menguatkan kesepakatan ini melalui surat pernyataan bersama, yang menegaskan komitmen untuk tidak melanjutkan proses hukum lebih lanjut. Hal ini diungkapkan dengan tegas oleh pihak terkait.
Arif Rahman menambahkan bahwa pemicu dari pemukulan ini adalah ejekan yang dilontarkan korban kepada pelaku. Korban, AH, tengah berdiri di depan kelas ketika tiba-tiba melontarkan kalimat bernada mengejek saat M, pelaku, berjalan di hadapannya. “Ketika kejadian terjadi, pelaku berjalan melewati korban sambil membawa tasnya. Kemudian, korban menyampaikan ejekan dengan mengatakan agar pelaku tidak berjalan seperti perempuan.” Semua ini dijelaskan dengan rinci oleh Arif.
Mendengar ejekan itu, M segera menghampiri korban dengan maksud menanyakan perkataannya. Namun, AH malah mengulangi ejekan tersebut, memicu emosi M. Dalam tanggapannya, korban dengan inisial AH memberikan jawaban, “Gue ngomong kalau jalan jangan kayak perempuan,” sambil Arif menirukan ucapan yang diucapkan oleh M.
Tersulut emosi oleh kata-kata yang menyakitkan itu, M langsung mencekik AH hingga tersungkur ke lantai. M kemudian memukuli korban berkali-kali sebelum akhirnya dilerai oleh siswa lainnya. ” Pelaku melakukan cekikan hingga korban jatuh tersungkur ke lantai.Setelah itu, pelaku langsung memukul beberapa kali bagian muka,” tambah Arif.
Setelah kejadian Siswa SMK di Tangerang pukuli temannya, korban awalnya melaporkan kasus pemukulan ini ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tangsel. Namun, belakangan, pihak korban memutuskan untuk mencabut laporannya. Keluarga korban menyampaikan ke polisi bahwa mereka ingin menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan.
Pihak kepolisian, melalui Kasi Humas Polres Tangerang Selatan Iptu Wendi Afrianto, memberikan fasilitasi untuk melakukan mediasi antara kedua belah pihak. Hasilnya, keduanya sepakat untuk menyelesaikan masalah ini secara damai. Proses mediasi yang telah berlangsung melibatkan sejumlah pihak, termasuk Kepala Sekolah, perwakilan dari pihak berwenang seperti RT dan RW setempat, serta petugas kepolisian seperti Kanit Reskrim Polsek Curug dan Kanit Binmas Polsek Curug. Selain itu, Bhabinkamtibmas Polsek Curug dan Babinsa Koramil Curug juga ikut serta dalam mediasi ini. Seluruh pihak yang terlibat dalam insiden, baik dari pihak pelaku maupun korban, turut serta dalam mediasi ini bersama dengan orang tua mereka masing-masing.
Hasil dari proses mediasi yang melibatkan semua pihak ini adalah kesepakatan yang diteguhkan dalam menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan. Kesepakatan ini diungkapkan oleh Iptu Wendi Afrianto dengan tegas, yang menunjukkan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk tidak melanjutkan kasus ini ke proses hukum lebih lanjut.
Kisah Siswa SMK di Tangerang yang pukuli temannya yang terjadi di SMK Yuppentek 2, Curug, Kabupaten Tangerang, menjadi sebuah pengingat penting akan perlunya terus mempromosikan perdamaian di kalangan siswa. Penting bagi kita untuk mengajarkan siswa bagaimana mengelola emosi dan mengatasi konflik dengan cara yang lebih konstruktif. Dengan menerapkan pendekatan yang tepat dalam pendidikan, kita memiliki kesempatan untuk mencegah terjadinya insiden serupa dan menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman, inklusif, dan mendukung bagi semua siswa.